Panduan Lengkap Malnutrisi Energi Protein

Malnutrisi energi protein (MEP) pada anak masih merupakan masalah di Indonesia. Insidens malnutrisi akut yang berat terjadi pada hampir 20 juta anak prasekolah di dunia, dengan mayoritas di Afrika dan Asia Tenggara. Malnutrisi adalah faktor penting yang mempengaruhi 1/3 dari 8 juta kematian anak balita secara global. Klasifikasi MEP berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi protein dapat dibagi menjadi dua, yaitu MEP ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP berat (gizi buruk).

 

Anak dengan gizi kurang belum menunjukkan tanda klinis yang khas, terdapat gangguan pertumbuhan, dan anak tampak kurus. Pada anak dengan gizi buruk, di samping tanda klinis juga terdapat kelainan biokimia. Didapatkan 3 bentuk klinis gizi buruk, yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-kwashiorkor, walau tata laksananya ketiganya sama.

 

Diagnosis

Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah anak kurus, pertumbuhan yang kurang, atau berat badan kurang. Selain iru terdapat keluhan lain seperti anak kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit berulang, atau timbulnya bengkak pada kaki dan kadang sampai seluruh tubuh.

 

Pemeriksaan fisis

MEP ringan

Kriteria diagnosis:

  • Anak tampak kurus.
  • Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti.
  • Berat badan tidak bertambah atau bahkan turun.
  • Maturasi tulang terlambat.
  • Rasio berat badan terhadap panjang badan atau tinggi badan berkurang.
  • Tebal lipatan kulit normal/berkurang.
  • Anemia ringan.
  • Aktivitas dan perhatian berkurang.

 

MEP berat

Kriteria diagnosis:

  • Terlihat sangat kurus.
  • Edema nutrisional, simetris.
  • BB/TB <-3SD.
  • Lingkar lengan atas <11,5 cm.

 

Kwashiorkor

  • Perubahan mental apatis.
  • Perubahan warna dan tekstur rambut, rambut kemerahan dan mudah dicabut.
  • Gangguan gastrointestinal.
  • Pembesaran hati.
  • Perubahan kulit (dermatosis).
  • Atrofi otot.
  • Edema simetris pada punggung kaki hingga seluruh tubuh.

 

Marasmus

  • Penampilan wajah seperti orang tua sangat kurus.
  • Perubahan mental, cengeng.
  • Kulit kering, dingin, dan mengendor, keriput.
  • Lemak subkutan menghilang, turgor kulit berkurang.
  • Otot atrofi hingga kontur tulang jelas.
  • Kadang bradikardi
  • Tekanan darah lebih rendah dari teman sebaya.

 

Marasmik-kwashiorkor

  • Terdapat gejala marasmus dan kwashiorkor bersamaan.

 

Pemeriksaan penunjang

  • Darah tepi lengkap.
  • Gula darah.
  • Urin lengkap, feses lengkap.
  • Elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin.
  • Radiologi dada.
  • Elektrokardiografi (EKG).

 

Tata laksana

10 langkah tata laksana MEP Berat

No Fase Fase stabilisasi Fase transisi Fase rehabilitasi
Hari 1-2 Hari 2-7 Hari 8-14 Minggu 3-6
1. Hipogilkemia
2. Hipotermia
3. Dehidrasi
4. Gangguan elektrolit jika ada
5. Infeksi jika ada
6. Makanan untuk stabilitasi & transisi  (F-75) Peralihan ke

F-100

7. Makanan untuk tumbuh kejar

(F-100)

8. Mikronutrien Tanpa Fe Dengan Fe
9. Stimulasi tumbuh kembang
10. Tindak lanjut

 

Fase tindak lanjut dapat dilakukan di rumah dengan kunjungan ke unit rawat jalan (dokter/puskesmas sekali seminggu).

 

Yang harus diperhatikan:

  • Jangan diberikan Fe sebelum minggu kedua (Fe diberikan minggu stabilisasi).
  • Jangan diberikan cairan IV kecuali syok/dehidrasi berat.
  • Jangan diberikan protein terlalu tinggi pada fase stabilisasi.
  • Jangan diberikan diuretik pada pasien kwashiorkor.

 

Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam perawatan, misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya. Kriteria sembuh bila BB/PB atau BB/TB >-2 SD dan tidak ada gejala klinis.

 

Anak dapat dipulangkan bila memenuhi kriteria pulang sebagai berikut:

1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif.

2) BB/PB atau BB/TB >-3 SD, LiLA >12,5 mm (WHO update 2011).

3) Komplikasi sudah teratasi.

4) Ibu telah mendapat konseling gizi.

5) Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kg BB/minggu selama 2 minggu berturut-turut.

6) Selera makan sudah baik, makanan yang diberikan dapat dihabiskan.

 

Apa itu mineral mix ?

Mineral mix merupakan salah satu komponen dalam pembuatan Rehydration Solution for Malnutrition (ReSoMal) dan Formula WHO (Formula 75 dan 100 ) yang digunakan untuk memenuhi kekurangan zat gizi mikro pada pada anak dengan gizi buruk. Sasaran penguna mineral mix adalah anak gizi buruk berdasarkan klinis dan atau status antropometri (BB/TB <-3 SD) dan anak gizi buruk pasca-perawatan .

Tiap kemasan/sachet mineral mix mengandung zat aktif KCl, Tripotasium citrat, Magnesium clorida, Zn asetat dan Cuprum sulfat. ReSoMal adalah cairan rehidrasi yang diberikan pada anak gizi buruk yang menderita diare dan atau dehidrasi. Mineral mix dalam bentuk sachet sudah tersedia di Kementerian Kesehatan untuk penanganan gizi buruk sejak tahun 2008.

 

Mengapa perlu mineral mix ?

Berdasarkan laporan pengalaman dari para praktisi kesehatan di lapangan, antara lain dari RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kariadi (Semarang), dan RS Wahidin Sudiro Husodo (Makasar), penggunaan mineral mix dalam tata laksana anak gizi buruk, menunjukkan adanya peningkatan berat badan dan perbaikan klinis yang lebih optimal.

 

Bagaimana cara menggunakan mineral mix ?

  • 1 sachet serbuk mineral mix (8 g) dilarutkan dengan air matang 20 mL.
  • Mineral mix yang sudah dilarutkan akan menghasilkan larutan mineral mix.
  • Larutan mineral mix ini siap ditambahkan sesuai dengan kebutuhan untuk membuat ReSoMal dan Formula WHO (F-75 dan F-100).
  • Jangan memberikan larutan mineral mix secara langsung kepada anak gizi buruk seperti pada penggunaan oralit.

 

 

Berikut kebutuhan larutan mineral mix untuk membuat F- 75, F-100 dan ReSoMal:

Bahan/ komponen F-75 F-100 ReSoMaL
Susu skim (g) 25 85
Gula pasir (g) 100 50 25
Minyak sayur (g) 30 60
Oralit (sachet) 2,5
Mineral mix (mL) 20 20 20
Air 1000 mL
Fase Stabilisasi Transisi dan rehabilitasi Gizi buruk dengan diare dan atau dehidrasi

 

Waktu yang dibutuhkan pada fase stabilisasi pada umumnya berlangsung di hari ke 1-7, fase transisi pada hari ke 8-14, fase rehabilitasi pada minggu ke 3-6 dan fase tindak lanjut minggu ke 7-26. Namun perkiraan waktu tersebut bukanlah suatu keharusan, tetap harus menyesuaikan dengan kondisi klinis anak.

Bila mineral mix tidak tersedia, sebagai alternatif untuk membuat 1000 mL ReSoMal  atau Formula WHO dapat digunakan KCL sebanyak 2 g. Dapat juga ditambahkan MgSO4 50% secara intramuskular 1x, dengan dosis 0,3 mL/kgBB, dengan pemberian maksimal 2 mL.

Saat ini mineral mix sudah termasuk dalam obat yang diberikan pada program gizi, bersama-sama dengan suplemen besi dan kapsul vitamin A, yang pengadaannya melalui Kementerian Kesehatan RI. Di samping itu, pengadaan mineral mix dapat dilakukan di daerah dengan menggunakan anggaran yang tersedia. (Sumber: Subdit Gizi Klinis)

 

 

dr. Fiona Esmeralda, MM

Reviewed by dr. Natia Andjarsari, SpA

 

Sumber:

WHO. Guideline: Updates on the management of severe acute malnutrition in infants and children. Geneva: World Health Organization; 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Gizi dan kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi 2011

Pedoman Pelayanan Medis IDAI

 

 

 

Feel free to leave your thoughts :)