Memiliki anak picky eater pastinya tidak mudah. Lah iya, makan aja jumlahnya lebih dari tiga kali sehari, bisa jadi merupakan perjuangan untuk setiap kalinya. Inhale exhale.
Alhamdulillah dari tiga anak saya hanya satu yang paling sulit makannya. Mungkin tidak sampai terkategori picky eater tetapi pilihan makanan kesukaannya terbatas, berkisar pada makanan goreng seperti ayam goreng, ikan goreng, dan juga makanan frozen food seperti nugget dan sosis. Namun, di luar itu dia juga suka mie, pasta, rumput laut, gulai ayam, dan soto ayam. Ya, not that bad ya tetapi tidak seleluasa kakak dan adiknya yang selalu suka disediakan berbagai jenis makanan.
Pastinya konsumsi sayur dan buahnya sangaatt limited kalau tidak mau disebut close to none. Lately, saya berusaha memaksakan dia untuk memilih satu dua sayur favoritnya. Dia memilih brokoli dan kangkung. Kami membuat perjanjian bahwa dia harus memakan sayur tersebut jika kebetulan dimasak di rumah atau berjumpa di restoran. Selain itu, ya sudahlah tidak dipaksakan.
Defining a Picky Eater
Sebenarnya secara definisi picky eater itu adalah
A moniker that has inconsistent definitions and meanings in different countries. Various criteria for picky eating are used by different authors and in some cultures include “fussy” children with poor appetite. Others view it as a mild form of more overt sensory disturbances. It generally connotes a mild or transient problem. Although it is not considered a “medical condition,” it requires the attention of the primary care provider (Kedesky JH,Budd KS. Childhood Feeding Disorders: Biobehavioral Assessment and Intervention. Baltimore, MD: Paul Brookes Publishing Company; 1998).
Selanjutnya dalam laporan penelitian A Practical Approach to Classifying and Managing Feeding Difficulties oleh
anak yang selektif atau suka pilah-pilih makanan sebenarnya dapat terbagi menjadi dua kategori.Mild Selectivity
Mild selectivity termasuk sejumlah besar anak yang seringkali dilabel sebagai picky eater. Anak-anak ini mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih sedikit dari rata-rata. Wright, dkk menemukan bahwa sebagai balita, anak-anak ini mencoba makanan yang sama dengan anak yang non picky eater tetapi lebih sedikit yang disukainya.
Dovey, dkk mencatat bahwa tidak sama dengan neophobia, paparan berulang terhadap makanan yang ditolak cenderung tidak akan berakhir dengan acceptance oleh anak picky eater. Anak-anak ini secara umum akan tumbuh dan berkembang denga normal dan memiliki asupan energi dan nutrisi yang memadai.
Kekhawatiran terbesar bukanlah gizi tetapi perilaku keluarga yang terfokus pada pemaksaan saat makan dan konsekuensi perilaku yang mengikuti. Chatoor, dkk melaporkan bahwa konflik yang berada seputar makanan akan berakibat pada indeks perkembangan mental anak terlepas dari status gizinya.
Sebuah studi terhadap anak-anak yang disebut picky eater oleh orang tuanya menunjukkan insidensi yang lebih tinggi pada masalah perilaku selanjutnya termasuk ansietas, depresi, agresi, dan kenakalan. Walaupun masalah ini dapat berlaku dua arah yaitu anak yang bermasalah akan memicu kondisi makan yang penuh pemaksaan lalu akhirnya memperparah perilaku anak dan memberikan dampak jangka panjang.
Highly Selective
Ini adalah jenis yang cukup parah hingga dapat dikategorikan sebagai gangguan makan (feeding disorder). Anak di kategori ini membatasi asupannya hanya dari <10-15 jenis makanan. Chatoor menganggap anak-anak seperti ini memiliki sensory food aversion, sebuah penolakan terhadap keseluruhan kategori makanan sehubungan dengan rasa, tekstur, bau, suhu, dan/atau tampilannya.
Masalah ini dapat menganggu perkembangan kemampuan motorik oral. Beberapa anak dapat memiliki manifestasi sensorik lainnya seperti terhadap suara keras, cahaya terang, dan perabaan tekstur. Austisme adalah contoh yang ekstrim dengan hampir 90% anak dengan autisme memiliki gangguan makan yang selektif.
Mengajak Anak Picky Eater Berlibur
Wisata kuliner juga sesuatu yang sedang kekinian dan malah menjadi tujuan utama yang menarik hati. Berbagai makanan lokal dari yang jadul, aneh, khas, semua jadi inceran. Tidak demikian di hati anak-anak tapi ya. Hehehe.
Read more tentang wisata kuliner tradisional di Bandung. Bernostalgia dengan Kuliner Bandung Tradisional ditulis oleh Rina Susanti (www.rinasusanti.com), sebagai post trigger #KEBloggingCollab kelompok Butet Manurung.
Lalu, bagaimana dong menyiasatinya?
Masa ya di rumah aja atau pas liburan makannya ayam goreng tepung dan burger saja. Huhuhuuu…
Berikut beberapa tips yang pernah saya coba:
Plan ahead.
Zaman sudah maju nih. Bisa browsing dulu sebelum pergi untuk mengetahui kuliner di tempat tujuan ini dan membuat catatan terlebih dulu lokasi kuliner mana saja yang bisa dituju dan masih cocok di lidah si anak. Jika memilih restoran pastikan ada menu lain yang bisa dinikmati anak. Kalau anak saya yang pasti dilahap adalah bakso, mie, dan pasta. Hehehe.
Do not be too aggressive.
Pilih wisata kuliner yang masih mau dicoba atau dimakan anak. Contohnya anak biasa minum es teh manis seumur hidup lalu diajak minum bajigur atau bandrek mungkin akan menolak karena terlalu ekstrim. Pilihan yang lebih cocok misal mencoba teh leci sebagai minuman kekinian.
Read more on managing picky eaters.
Try, do not force.
Prinsipnya hanyalah menawarkan dan meminta anak mencoba sedikit. Jangan paksa anak menghabiskan makanan yang kita tahu dia tidak suka. Untuk anak saya kategori no way alias pasti tidak akan dimakan termasuk makanan yang pedas atau berkecap (seperti semur, nasi goreng, atau ayam goreng mentega).
Back up plan.
Pergi berlibur dengan anak yang sulit makan memang sebuah tantangan tersendiri. Jika anak sangat sedikit pilihan makanan yang disukai akhirnya orang tua harus mengalah. Persiapkan ransum perjalanan dengan lebih lengkap. Misal bawa snack tambahan yang anak suka, beli roti favoritnya, atau minuman yang digemari. Tujuannya untuk bisa mengganjal sekira makanan yang terhidang kurang memenuhi selera anak. Kadang memang sulit karena kita sedang berlibur dan bukan di rumah sendiri.
Apabila perlu menginaplah di hotel atau apartemen yang lengkap dengan dapur kecil agar bisa memasak makanan untuk anak kita. Makanan cepat saji standar seperti nugget dan sosis dapat menjadi penyelamat liburan kita. Orang tua juga dapat memasak makanan terlebih dahulu di rumah dan membawanya dalam kondisi beku untuk dipanaskan di dapur tempat tujuan. Masakan seperti semur atau gulai ayam termasuk yang sangat mungkin untuk dibawa. Sesuaikan dengan kesukaan anak.
Anak yang kenyang juga tidak rewel di perjalanan dan akan membuat liburan jadi lebih menyenangkan. Lupakanlah sedikit peraturan baku yang biasa berlaku di rumah sehingga pilihan makanan menjadi lebih longgar terutama untuk makanan cepat saji dan snack kemasan.
Remember, liburan kan hanya sementara. Make detailed plans, relax, and have fun!
Keep reading. Stay fit.
Fiona Esmeralda, dr., MM
Questions? email to: consult@askfionamd.com
Tulisan ini adalah bagian dari KEB bloggingcollab bersama
Pas nih tipsnya…anak sy picky eater kadang suka gemes klo ngajak mereka kuliner akhirnya kita ngalah sma selera mereka. Padahal sy dan suami ingin mencoba makanan baru
Hehehe…iya, mbak. Mesti pake strategi sedikit ya biar semua bisa senang…
Dari 3 anak… memang masing punya selera makan yg beda2…
Untungnya yg agak picky eater cm si kakak Al aja nih
iya, bener banget, mbak. Lain anak lain kesukaannya 🙂
Sama nih sama anakku yang di Playgroup, makannya pilih2,
Hehe, iya, mbak.. Semangat selalu…
[…] lain terkait tema kuliner dari grup yang sama antara lain Mangut Ndas Mayung di Semarang, Si Picky Eater, Bakso Garut dan Makan Jajan Ngobrol di Aiola Eatery Surabaya. Yuk wisata kuliner lewat […]
Kalau ada yang picky eater gitu, mau wiskul bener-bener harus direncanakan dengan matang ya