Lindungi Anak Dari Kekerasan Seksual

Berita yang beredar akhir-akhir ini tentang kelompok pedofil yang menargetkan anak kecil sangat mengagetkan. Namun, lebih lanjut sebagai orang tua, kita perlu menarik pelajaran dan mempersiapkan perlindungan lebih untuk anak-anak kita.Faktanya sering orang tua tidak awas dan tidak sadar akan bahaya yang ada.

 

Berikut beberapa tips melindungi anak dari kekerasan seksual.

Semoga bermanfaat untuk diterapkan ke anak.

 

Jelaskan pada Anak

Anak perlu mengetahui membedakan sentuhan yang wajar dan tidak wajar. Sejak usia dini, anak perlu diberi pemahaman bagian tubuh yang bersifat privat dan tidak memperbolehkan orang lain menyentuhnya. Area yang tertutup baju renang bersifat privat dan hanya orang tua (dan pengasuh utama) yang boleh melihat saat membersihkan, juga saat ke dokter. Fokus pada perlakuan yang baik dan mana yang tidak baik.

Sebut Bagian Tubuh dengan Bahasa yang Sebenarnya

Hindari menyebut bagian tubuh dengan bahasa atau istilah tertentu. Anak mungkin merasa aneh pada bagian tubuh tersebut dan risih jika harus memberi tahu orang tua saat ada yang terasa tidak pas. Gunakan kata penis, testikel, vagina, dan payudara seperti seharusnya.

 

Tidak Hanya Orang yang Tidak Dikenal

Anak tidak hanya harus berhati-hati pada orang asing atau yang tidak dikenal. Tetapi ternyata 80-90% pelaku kekerasan seksual anak adalah orang yang cukup dikenal atau bahkan disukai. Berhati-hatilah pada orang yang dekat dengan anak.

 

Jangan Biasakan Menyimpan Rahasia

Pelaku kekerasan seksual biasanya meminta sang anak menyimpan rahasia. Ingatkan anak untuk tidak menyimpan rahasia apapun termasuk dengan orang tuanya sendiri.

 

Kenali Tanda Bahaya

Ada beberapa tanda pelaku kekerasan seksual yang perlu diketahui oleh orang tua:

  • ia lebih suka menghabiskan waktu dengan anak-anak dibandingkan dengan teman sebayanya
  • ia mengizinkan anak-anak melakukan hal-hal yang dilarang orang tuanya
  • suka mendeskripsikan anak-anak menggunakan kata berkonotasi seksual seperti seksi
  • sepertinya terobsesi dengan aktivitas seksual remaja dan anak
  • sering menonton pornografi anak
  • sering bermasturbasi
  • memiliki posisi dekat dengan anak seperti pelatih olahraga, guru, konselor (jika memiliki tanda-tanda seperti di atas). Berhati-hati jika anak kita dianggap spesial dan didahulukan oleh guru atau pelatihnya. Hindari pertemuan empat mata seperti les privat atau bahkan acara menginap atau kemping bersama. Jangan izinkan waktu tertutup seperti demikian.

 

Sebagai orang tua kita perlu berhati-hati selalu. Biasakan anak bercerita tentang apa saja dalam kesehariannya dan ajarkan anak untuk menolak jika merasa ragu-ragu.

 

Keep reading. Stay Fit.

 

 

 

 

dr. Fiona Esmeralda, MM

Feel free to leave your thoughts :)